Minggu, 17 Oktober 2010

Menjelajah kuliner Ho Chi Minh City

Ho Chi Minh City - Salah satu rules of thumb untuk mencari tempat makan halal bila sedang berada di negara-negara yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam adalah terlebih dulu mencari masjid terbesar. Di Ho Chi Minh City (d/h Saigon), masjid itu ternyata letaknya persis di belakang hotel favorit saya, Caravelle.

Halal@Saigon, begitu nama restoran itu, dimiliki oleh seorang dokter keturunan India warga negara Malaysia. Dokter Shimi sebetulnya datang ke Saigon 18 tahun yang lalu untuk membuka usaha di bidang farmasi bersama suaminya. Tetapi, setelah usaha farmasinya berjalan baik, ternyata dia "ngelantur" ke bisnis restaurant pula.

"Kasihan orang Malaysia bila berwisata ke sini sulit menemukan makanan yang dijamin kehalalannya," kata Dokter Shimi. Sekarang, di ruas jalan pendek di sekitar masjid itu sudah bermunculan beberapa restoran halal lainnya.

Dokter Shimi sengaja mendatangkan beberapa tukang masak dan pramusaji dari Malaysia untuk mengawaki restorannya. Halal@Saigon memang menyajikan berbagai masakan Malaysia. Tetapi, tentu saja kebanyakan tamu justru mencari sajian khas Vietnam tetapi dimasak dengan kepatuhan tinggi terhadap syarat-syarat halal.

Contohnya adalah goi cuon (lumpia basah) khas Vietnam. Sekalipun biasanya ada pilihan antara tom (udang) atau ga (ayam) - di samping mihun dan daun salad - di tempat-tempat umum lumpianya sering diisi juga dengan seiris daging babi. Di Halal@Saigon, sudah pasti goi cuon-nya halal. Cocolannya, seperti biasa, adalah sambal tauco.

Sajian yang paling saya sukai di sini adalah salad udang dan umbut daun kelapa dengan saus jeruk nipis segar, dimakan dengan krupuk udang sebagai sudu. Umbut daun kelapanya bertekstur lembut dan manis - mirip dengan heart of palm yang di California juga lazim dipakai sebagai campuran salad. Bagi saya, sajian ini benar-benar fresh dan mak nyuss.

Udang rebusnya juga istimewa. Tetapi, ternyata, prosesnya agak "mengerikan". Udang hidup dimasukkan ke dalam kelapa muda dengan rajangan bawang bombay, daun bawang, dan daun ketumbar - yang kemudian dipanggang dalam oven. Ketika disajikan, udangnya terasa manis alami, segar, dan nyakrek (succulent). Bila diperlukan, udangnya bisa dicelupkan ke dalam saus yang dibuat dari perasan jeruk nipis, garam, dan lada.

Sajian lain yang harus diacungi jempol di sini adalah ikan keo (semacam patin) yang dimasak dalam kuali (claypot) dengan karamel, lalu ditaburi bubuk kacang tanah, bawang putih, dan cabe kering. Saya langsung teringat sajian serupa yang juga ada di Vietopia Jakarta. Daging patin yang lembut berlemak itu terasa sangat mulus dalam balutan saus yang kompleks.

Lho, tapi kenapa akhirnya semua menu Vietnam halal ini justru hanya menampilkan seafood? Selain udang dan ikan, juga kepiting, cumi-cumi, dan kerang. Bagaimana kalau yang datang justru alergi terhadap ikan?

Gampang! Ada menu Malaysia berikut untuk dipilih: nasi rendang, nasi lemak, kari sapi, sate ayam/sapi, dan lain-lain. Selain itu, juga tersedia berbagai sajian untuk vegetarian.

Bila Anda diwajibkan makan halal, maka Halal@Saigon adalah alamat yang paling tepat selama berkunjung ke Ho Chi Minh City. (Bondan Winarno)
sumber: detikfood

Lihat Juga:
Cafe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar